Yaris pertama kali bertemu dengan Desi saat bergabung dalam sebuah persekutuan pemuda Toraja. Desi baru pindah dari Toraja dan belum mengenal siapa pun di sana. Di tengah suasana ibadah yang hangat, tatapannya tertuju pada Desi—gadis sederhana yang sedang bernyanyi dengan suara lembut dan penuh keyakinan. Sejak saat itu, Yaris merasa ada sesuatu yang berbeda, dan persekutuan tak lagi terasa membosankan.
Seiring waktu, mereka pun dipercayakan untuk menjadi bagian dari kepengurusan persekutuan sehingga mereka mulai sering terlibat dalam pelayanan bersama—latihan menyanyi, rapat kegiatan Natal, dan ibadah rutin. Dari obrolan singkat menjadi percakapan panjang, dari kerja sama menjadi perhatian yang tulus. Meski sempat ragu untuk mengungkapkan perasaan, Yaris akhirnya menyampaikan isi hatinya lewat chat singkat. Tak disangka, Desi membalas dengan senyuman dan kata-kata yang menenangkan: “Kalau memang dari Tuhan, hatiku juga siap melangkah bersamamu.”
Sejak malam itu, Yaris dan Desi menjadi lebih dari sekadar rekan pelayanan. Mereka tumbuh sebagai pasangan yang saling menguatkan dalam iman dan kasih. Kisah cinta mereka menjadi bukti bahwa pertemuan yang dimulai dalam persekutuan, bisa menjadi awal dari perjalanan hidup bersama yang penuh makna.